Suara Burung Sikatan Penanda Jam 5 Pagi di Lembah Gunung Kendeng

Suara burung sikatan. Pada suatu tengah malam jumat yang dingin dan sunyi, aku terjaga dari tidurku. Kutengok ke kiri, ada ibuku tertidur pulas di kamar sebelah. Sedangkan ayahku bertugas jaga malam, sebagai satpam di bengkel alat berat yang berada di tepi hutan gunung kendeng.

suara burung sikatan,

Malam menakutkan

Sesekali kudengar suara lolongan anjing hutan yang menyayat hati di kejauhan, menjadikan suasana malam serasa mencekam. Sementara itu jeritan burung hantu terdengar hampir setiap jam, sepertinya terbang melintas di atas rumah.

Suara jengkerik mengerit terus menerus di samping jendela, seolah memberitahu akan ada sesuatu yang terjadi. Irama toke di rumpun bambu belakang ikut melengkapi irama malam yang mencekam.

Lantas kurapatkan selimutku untuk melawan hawa dingin. Namun hembusan angin malam sesekali masuk ke dalam kamar melalui lubang angin-angin, menjadikan selimutku serasa tak berguna. Semerbak bau minyak wangi yang sangat harum menusuk hidung menerobos masuk ruangan kamar.

Sayup-sayup kudengar seperti ada suara perempuan tertawa di bawah pohon besar di samping rumah, namun kemudian berlanjut suara tangis memilukan. Cicak-cicak di dinding terus mendesis, memberi tahu bahwa ada sesuatu yang mendekat.

“Apa sesungguhnya yang sedang terjadi malam ini?” pikirku dalam hati.

Hingga rasa kantuk pun hilang entah kemana, membuat mataku terbuka lebar seperti dua biji kelereng yang terkena minyak telon. Kututup paksa keduanya, tapi mereka tak setuju. Akhirnya kubiarkan melotot berdua sesukanya.

Suara burung sikatan

Setelah lama tercengang di kamar, tiba-tiba kudengar seperti ada suara cuitan di belakang rumah, di kejauhan. Suaranya begitu nyaring, semakin lama semakin mendekat, mendekat dan terus mendekat. Hingga akhirnya dan akhirnya semakin jelas.

Baca juga  Bagaimana Perasaan Hewan atau Binatang?

Cuitan itu mirip suara burung sikatan. Sepertinya ada seekor burung sikatan yang bersiul riang dengan suaranya yang indah. Lantas aku melompat dari ranjang dan langsung lari ke pintu belakang, namun sandalku tertinggal.

Aku pun kembali demi sandal, seraya menengok ke arah jarum jam di dinding yang menunjuk angka ke bawah dan ke atas. Lantas kembali ke belakang dan kubuka pintu, dan ternyata benar.

Ada seekor burung sikatan sedang berkicau di ranting pohon kopi, lalu melompat ke tanah. Spontan ia terkejut akan kehadiranku, lantas terbang dan hinggap di atas dahan pohon jolali sambil menatap kedua mataku.

Maka kulambaikan tanganku padanya seraya berkata,”Terima kasih wahai burung sikatan, aku akan selalu mengingatmu”. Sebuah ucapan pendek namun penuh arti.

Suara alarm

Ternyata pagi telah merekah. Ibuku telah memasak di dapur. Terdengar suara kring kriing, bunyi bel sepeda ontel jaman dulu milik ayahku, pertanda beliau telah pulang dari bertugas.

Selamat jalan ayah, semoga engkau bahagia di sana. Wahai ibuku tersayang, semoga engkau panjang umur dan sehat selalu, agar aku bisa merawatmu lebih lama lagi.

Kisah ini terjadi beberapa puluh tahun yang lalu ketika aku masih berumur sekitar 5 tahunan. Hingga kini, setiap jam 5 pagi aku teringat burung sikatan. Ia selalu membunyikan suara alarm untukku setiap pagi hari di lembah gunung kendeng, dengan kicaunya yang indah tiada terlupakan.

Itulah suara burung sikatan, penanda menjelang jam 5 pagi gelap di lereng gunung kendeng.

Baca juga  Pengertian Pengarang: Definisi Pengarang Menurut Sang Pengarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *